Buku Sifat Tidur Nabi (Pustaka Ibnu Umar)
Buku Sifat Tidur Nabi
Penulis Siroj Hardian, Lc., Penerbit Pustaka Ibnu Umar
Tidur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dipenuhi adab-adab yang mulia. Seperti tidur Nabi miring ke kanan, menaruh tangannya di bawah pipi dan selainnya. Jadi, ini bukan sekadar untuk mendapatkan deep sleeping semata (baca: kualitas tidur). Melainkan tidurnya seseorang karena mengikuti sunnah, dalam rangka mencari keridhaan Allah. Dan mereka meyakini firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat Ali Imran: 31)
Dan seorang yang mengikuti Rasul-Nya tercermin dari kesehariannya dalam menerapkan sunnah. Dalam hal yang menurut Anda sepele, tapi tidak di sisi syariat. Itu adalah perkara agama yang menyempurnakan agama seseorang. Sungguh, dahulu Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengingkari orang Yahudi yang merendahkan syariat dengan ucapannya, “Apakah Nabimu mengajarkan segala sesuatu?” Dengan sikap perwira, beliau menimpali ucapan Yahudi tersebut,
أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
“Iya. Nabi kami shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kami menghadap kiblat ketika buang air besar maupun air kecil. Beliau juga melarang kami beristinja’ dengan tangan kanan. Beliau juga melarang kami beristinja’ dengan kurang dari tiga batu. Begitu pula kami dilarang beristinja’ dengan menggunakan kotoran dan tulang.”
Demikian pula soal tidur, ada etikanya. Apa sajakah itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu.”
Masih ada yang lain, yaitu,
Dari Abi Barzah, beliau radhiyallahu ‘anhu berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”
Dan sesuatu yang disayangkan, adanya cerita mimpi buruk dari sebagian orang yang berisi ini dan itu … dari sesuatu yang tidak masuk akal. Maka apakah mereka lupa untuk berdoa sebelum tidurnya? Berdoa dengan membaca ayat Kursi, membaca tiga qul (surat An-Nas, surat Al-Falaq, dan surat Al-Ahad) sembari meniupkan an-nafats ke telapak tangan lalu mengusapkannya ke seluruh badan, dan di akhiri dengan membaca doa sebelum tidur.
Buku Sifat Tidur Nabi, Penulis Siroj Hardian, Lc., Penerbit Pustaka Ibnu Umar, format buku softcover, tebal buku 64 halaman, ukuran buku 9 x 14 cm, berat buku packing +/- 150 gram, Harga Rp. 11.500,-