Buku Syarh Ushulus Sunnah (Al-Qowam)
Buku Syarh Ushulus Sunnah
Penulis Abdullah bin Abdurrahman Al-jibrin, Penerbit Al-QowamUshulus Sunnah merupakan kitab yang populer di tengah-tengah penuntut ilmu sejati. Karya yang disusun Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah ini sudah sering dikaji di masjid-masjid kaum muslimin dan kali ini haturkan penjelasan dari kitab tersebut yang dibawakan oleh salah seorang yang pernah menjabat anggota Hai’ah Kibarul Ulama yakni Syaikh Ibnu Jibrin rahimahullah. Dengan penjelasan yang gamblang lagi mudah dipahami.
Pensyarah berkata, “Inilah risalah Imam Ahmad rahimahullah yang berkaitan dengan akidah dan sebagian permasalahan furu’. Kemungkinan risalah ini adalah untaian nasehat yang tulus di sebagian majelisnya atau yang ia kirim ke sebagian orang yang meminta nasehat kepadanya. Saya telah mensyarahnya dengan syarah yang ringan secara berkala dalam forum ceramah atau perkuliahan. Syarah tersebut menjelaskan makna-makna dan menyebutkan beberapa dalil yang menguatkan pembahasan di dalamnya. Saya juga telah memperbaiki sebagian kalimat atau paragraf yang tidak jelas. Namun, ada beberapa yang sengaja saya biarkan agar tidak banyak perubahan dari teks aslinya, meskipun sebagiannya terdapat kekurangan.”
Setiap Bid’ah adalah Kesesatan
Penulis berkata, “Wa tarkul bida’i, wa kullu bid’atin fahiya dhalaalatun (Meninggalkan bid’ah, karena setiap bid’ah adalah kesesatan).”Pensyarah berkata, “Bid’ah adalah perkara baru dalam agama atau segala sesuatu yang disandarkan kepada syariat Islam padahal bukan bagian darinya, baik dalam perkara akidah, amal, maupun ucapan. Allah Ta’ala juga telah menyempurnakan agama ini dan menurunkan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir hayat beliau. Allah Ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Surat Al-Mai-dah: 3)........”
Mengikuti dan Mengimani As-Sunnah serta Meninggalkan Akal dan Hawa Nafsu
Penulis berkata, “Walaa tudhrabu lahaal amtsaal. Walaa tudraku bil ‘uquli wa laal ahwaa-i, innamaa huwal ittibaa’u wa tarkul hawaa. (As-Sunnah tidak boleh dibuat permisalan-permisalan. Tidak boleh dipahami dengan akal dan hawa nafsu. Kita hanya mengikuti As-Sunnah serta meninggalkan akal dan hawa nafsu).”Pensyarah menjelaskan, “As-Sunnah tidk boleh dibuat permisalan seperti bantahan atau kritikan terhadap segala sesuatu yang telah menjadi ketetapan As-Sunnah. Allah Ta’ala berfirman,
فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الْأَمْثَالَ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Surat An-Nahl: 74)
Dalil tersebut menjadi bantahan bagi kaum musyrikin yang mengkiaskan Allah Ta’ala dengan tuhan-tuhan mereka.”
Buku Syarh Ushulus Sunnah, Penulis Abdullah bin Abdurrahman Al-jibrin, Penerbit Al-Qowam, format buku softcover, tebal buku 156 halaman, ukuran buku 14 x 20.5 cm, berat buku packing +/- 350 gram, Harga Rp. 35.000,-